Pemilu 2024 akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 Februari tahun 2024. Artinya, masa kepemimpinan presiden Joko Widodo akan berakhir satu tahun lagi. Namun, apakah berakhirnya periode kepemimpinan ini sekaligus mengakhiri kekuasaannya sebagai politisi? Perlu kita ketahui bahwa Joko Widodo saat ini memiliki anak dan menantu yang berkiprah di dunia politik, yaitu Gibran Rakabuming Raka yang memenangkan pilkada Solo tahun 2020 dan Bobby Afif Nasution yang juga memenangkan pilkada Kota Medan tahun 2020. Tentu kemenangan pilkada ini tidak terlepas dari figur politik Ayah dan Mertua bagi keduanya yang memiliki jabatan presiden Republik Indonesia. Jika Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Afif Nasution melanjutkan karir politiknya setelah Jokowi selesai dengan jabatan dua periodenya, anak dan menantu Jokowi ini bisa saja meneruskan kekuasaan sang ayah dan sang mertua. Seperti trah Soekarno pada Megawati dan Puan Maharani sebagai cucu dan Trah Susilo Bambang Yudhoyono pada Agus Harimurti Yudhoyono.
Dinasti Politik Presiden Joko Widodo
Istilah untuk dapat menjelaskan hal tersebut adalah dinasti politik. Dinasti politik dapat dipahami sebagai strategi politik untuk tetap bisa menjaga kekuasaan dengan cara mewariskan kekuasaan yang telah dibangun kepada orang lain yang masih merupakan kalangan sanak keluarga (Effendi, 2018). Dinasti politik tidak melanggar aturan demokrasi, namun dalam prakteknya, dinasti politik menahan adanya mobilisasi sosial, sebab kekuasaan hanya diasosiasikan pada golongan kelompok tertentu. Jokowi awalnya menjadi tokoh politik yang menginspirasi. Mengapa? Karena Jokowi adalah pejabat politik yang berasal dari kalangan menengah ke bawah dan bukan elit politik. Akan tetapi dengan merestui anak dan menantunya, Jokowi secara tidak langsung membuat lingkaran kekuasaan seperti yang dilakukan oleh para elit politik lainnya. Sebelumnya dinasti politik erat kaitannya dengan orde baru. Akan tetapi sejak ditetapkannya otonomi daerah dan desentralisasi, dinasti politik menyebar di daerah. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh anak dan menantu Jokowi untuk maju sebagai kepala daerah Kota Solo dan Kota Medan.
Akankah Gibran dan Bobby Menjadi Penerus Kekuasaan Jokowi?
Bukan tidak mungkin, Wali Kota Solo dan Wali Kota Medan ini akan meneruskan jejak kekuasaan sang ayah dan mertua. Gibran memiliki kemampuan memanfaatkan media digital dengan baik seperti yang dilakukannya pada kampanye Wali Kota Solo di tahun 2020. Penggunaan virtual box, Instagram, dan YouTube berhasil membangun personal branding awalnya sebagai tokoh politik meskipun hadir sebagai wajah baru dalam ranah politik (Abdurrachman Zhafir R, 2022). Sedangkan Wali Kota Medan, Bobby Nasution berhasil memanfaatkan modal sosial dalam kampanyenya. Tidak hanya itu, Bobby juga memainkan politik praktis dengan memobilisasi pendukung dan membangun organisasi keanggotaan massa (Dennis David Immanuel Damanik, 2022). Selain itu, Gibran memiliki potensi meneruskan jejak sang ayah, yang dahulu menjabat Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta sebelum menjadi Presiden. Gibran juga memiliki elektabilitas yang cukup untuk meneruskan karir politiknya. NSN atau Lembaga Nusantara Strategic Network merilis figur politik yang berpeluang untuk bertarung dalam di DKI Jakarta yang salah satunya adalah Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka dengan persentase 4,3 persen. Dalam hal ini, Gibran menjadi potensi yang diunggulkan dalam meneruskan kekuasaan Jokowi setelah masa jabatan dua periode presiden telah selesai.
Bagaimanapun ekses dinasti politik, seorang calon pemimpin atau calon kepala daerah, harus memiliki visi dan tujuan serta program yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat. Karena politik, tidak hanya permainan menempatkan dan mempertahankan kekuasaan, akan tetapi tujuannya adalah mencapai kebaikan atau kesejahteraan bersama. Disamping itu, masyarakat harus objektif melihat sosok atau figur politik yang menjadi pilihannya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan konsep merit atau meritokrasi yang diperkenalkan oleh Young (1959). Meritokrasi ini adalah kondisi atau kesempatan untuk individu menduduki suatu posisi atau jabatan publik dengan dilatari oleh kompetensi terbaiknya. Selain karena pengaruh sang Ayah sebagai presiden, Gibran wajib memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat jika ingin melanjutkan karir politiknya dan meneruskan kekuasaan sang Ayah, Joko Widodo.
Referensi
Abdurrachman Zhafir R, M. A. (2022). Personal Branding Gibran Rakabuming Raka dalam Kampanye Pilkada Solo dengan Penggunaan Media Baru. Journal of Digital Education, Communication, and Arts.
Dennis David Immanuel Damanik, H. K. (2022). Analisis Faktor Kemenangan Pasangan Bobby Nasution & Aulia Rachman pada Pemilihan Walikota Medan. PERSPEKTIF.
Effendi, W. R. (2018). Dinasti Politik dalam Pemerintahan Lokal Studi Kasus Dinasti Kota Banten. Jurnal Trias Politica, 234.
Mantap bung micoo❤️🔥