top of page
Writer's pictureMuhammad Nadhif Kurnia

Gagalnya Indonesia jadi Tuan Rumah Piala Dunia: Sebuah Dilema Hubungan Indonesia-Israel

Mohammad Ayudha/ANTARAFOTO

Baru-baru ini, Indonesia gagal menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Meskipun FIFA kurang jelas menyatakan alasan dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah, namun pembatalan ini disinyalir karena adanya penolakan dari beberapa kelompok masyarakat terhadap Timnas Israel untuk bermain di Piala Dunia U-20 ditambah adanya kasus Tragedi Kanjuruhan yang mencoreng persepak bolaan Indonesia.. Namun, menurut penulis, ini menjadi lucu karena penolakan tersebut cuma sebagai kepentingan politik domestik belaka, dan menunjukkan ketidakjelasan sikap masyarakat Indonesia (khususnya masyarakat Muslim), untuk menolak segala bentuk wujud kehadiran Israel di Indonesia, kenapa? Mari kita simak jejak-jejak kehadiran Israel yang ada di Indonesia terlebih dahulu.


Jejak Peralatan Militer


Setelah kekuasaan Presiden Sukarno tumbang di tahun 1966 dan beralih ke kekuasaan Presiden Soeharto, hubungan Indonesia-Israel memiliki jalinan satu sama lain. Salah satu yang terkenal dan mungkin pembaca tau adalah soal impor pesawat tempur A-4 Skyhawk bekas pakai Israel pada era 1980an atau yang biasa dikenal dengan “Operasi Alpha”. Melansir dari Historia.id, impor pesawat tempur itu diperantarai oleh Amerika Serikat agar masyarakat muslim di Indonesia tidak menaruh curiga. Namun, sejauh pencarian informasi penulis, tidak ada aksi penolakan atau sejenisnya setelah misi rahasia ini terbongkar (apabila pembaca memiliki informasi seputar ini, dapat memberikan komentar ya).


Pembelian Skyhawk sebelumnya bukan satu-satunya jejak peralatan militer Israel ada di Indonesia. Pada 2020 lalu, dilansir dari beberapa media (salah satunya adalah CNN Indonesia), Indonesia juga turut mengimpor persenjataan dengan total bobot 2,67 ton dari Israel senilai US$ 1,32 juta dolar atau setara dengan Rp. 18,48 miliar. Persenjataan tersebut mulai dari senjata ringan, hingga berat.


Perdagangan


Meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik, hubungan Indonesia dan Israel dalam konteks perdagangan ternyata cukup rekat. Menurut data dari Kementerian Perdagangan yang dikutip dari katadata.co.id, pada tahun 2022 total nilai ekspor Indonesia ke Israel mencapai US$ 185,6 juta, dan naik sekitar 14% dari tahun 2021. Selain ekspor yang meningkat, total nilai impor dari Israel ke Indonesia juga naik sebesar 80% atau senilai US$ 47,8 juta. Secara kumulatif, sepanjang tahun 2018-2022, pertumbuhan nilai ekspor Indonesia dengan Israel tumbuh sekitar 11% dan untuk nilai impor tumbuh 0,9%


Aktivitas Delegasi Israel


Mungkin poin ini yang paling relevan dengan permasalahan penolakan Timnas Israel beberapa waktu lalu. Israel sebenernya turut aktif berpartisipasi pada event-event internasional yang diselenggarakan di Indonesia. Sebagai contoh, ada beberapa atlet Israel di Kejuaraan Balap Sepeda Internasional UCI Track Cycling Nations Cup 2023 yang digelar di Jakarta atau adanya beberapa delegasi parlemen Israel yang menghadiri Kongres IPU di Bali pada 2022 lalu.


Penolakan Timnas Israel Seakan Hanya untuk Kepentingan Politik Domestik?


Bertahun-tahun semenjak pemerintahan Orde Baru menjalin “silaturahmi” dengan Israel hingga sekarang, menurut penulis, penolakan kedatangan Timnas Israel untuk berlaga di Piala Dunia U-20 kemarin cukup membuat perut tergelitik. Pasalnya, adanya penolakan-penolakan oleh beberapa kelompok (bahkan PDI-P dan PKS) tersebut menunjukkan kelompok-kelompok tersebut tidak tegas dalam menolak kehadiran Israel di Indonesia dalam bentuk apa pun.


Hal ini kemudian diperkeruh oleh pernyataan Gubernur Jawa Tengah dan juga Gubernur Bali yang turut menolak Timnas Israel. Lucunya, setelah FIFA memutuskan untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah, yang berakibat kepada kekecewaan mayoritas masyarakat Indonesia khususnya Timnas Indonesia, kedua pejabat tersebut seolah-olah “cuci tangan”. Contohnya dengan seruan doa agar FIFA mencoret Israel dari Piala Dunia atau sekedar mengatakan “Ini bukan kiamat”.


Adanya momentum Piala Dunia U-20 yang kemudian diikuti oleh penolakan dari berbagai kelompok, termasuk partai politik seakan-akan dimanfaatkan untuk mencari simpati masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, terutama dikarenakan Pemilu 2024 semakin mendekat. Baik, anggap saja kita menerima alasan bahwa penolakan tersebut dari sisi kemanusiaan, lantas kenapa baru tahun 2023 ini narasi tersebut digaungkan untuk menolak kedatangan delegasi Israel ke Indonesia? Padahal, Indonesia pada waktu sebelum-sebelumnya menerima saja delegasi Israel untuk berkunjung ke Indonesia, seperti pada contoh atlet pesepeda yang bertanding di UCI Track Cycling Nations Cup 2023. Ini yang menjadi pertanyaan, ke mana kelompok-kelompok yang menolak Timnas Israel di Piala Dunia U-20 sebelumnya?


Ironisnya lagi, PDI-P yang merupakan partai dominan dan merupakan partai pendukung Joko Widodo menolak kehadiran Timnas Israel meskipun pemerintahan Joko Widodo mengizinkan Timnas Israel untuk bertanding di Indonesia. Apakah ini bisa dikatakan partai merah ingin mencoba mencari peruntungan lain menuju Pemilu 2024, ketika presiden Joko Widodo selesai dengan jabatannya? Kalian bisa menulis komentar atau pendapat kalian pada kolom komentar di bawah ya.


Harus Bagaimana?


Hubungan Indonesia dan Israel memang cukup rumit untuk dibahas. Kita juga tidak bisa menyalahkan pihak-pihak tertentu dalam permasalahn penolakan Timnas Israel kemarin. Di satu sisi, pemerintah cukup terbuka dengan Israel meski tidak memiliki hubungan diplomatik. Di sisi lain, konstitusi kita mengamanatkan bahwa “... penjajahan di atas dunia harus dihapuskan” dan mayoritas penduduk kita beragama Islam yang memiliki sentimen negatif terhadap negara Zionis tersebut.


Menurut penulis, karena kita merupakan negara yang katanya menjunjung tinggi hukum, tentu kita harus tunduk kepada konstitusi. Persoalan penolakan Timnas Israel kemarin juga menunjukkan masih adanya perbedaan sikap kita terhadap Israel, alias seluruh elemen masyarakat kita belum menunjukkan satu sikap terhadap Israel atau pun dalam menafsirkan amanat dari konstitusi kita. Kesalahan mungkin sudah terjadi sejak zaman Orde Baru yang membuka hubungan dengan Israel dan terus membudaya hingga saat ini yang berakibat negara kita terjebak di suatu dilema. Bagaimana pun juga, Indonesia tetap harus tunduk dengan konstitusi untuk secara tegas menentang seluruh bentuk penjajahan di atas muka bumi ini bagaimana pun caranya.


Referensi


Ahdiat, Adi. 2023. Perdagangan Indonesia-Israel Menguat meski Tanpa Hubungan Diplomatik. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/27/perdagangan-indonesia-israel-menguat-meski-tanpa-hubungan-diplomatik#:~:text=Menurut%20data%20Kementerian%20Perdagangan%2C%20pada,ke%20USD%2047%2C8%20juta.


CNN Indonesia. 2021. RI Impor Senjata dari Israel Rp. 18,48 M pada 2020. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210521140843-92-645311/ri-impor-senjata-dari-israel-rp1848-m-pada-2020


Indriani, Anisa. 2023. Ramai Ditolak saat Pildun U-20, Padahal Delegasi Israel Seliweran di Indonesia. Diakses dari https://www.detik.com/jatim/sepakbola/d-6646690/ramai-ditolak-saat-pildun-u-20-padahal-delegasi-israel-seliweran-di-indonesia


Isnaeni, Hendri F. 2015. Diam-diam, Indonesia Beli Pesawat Tempur Israel. Diakses dari https://historia.id/politik/articles/diam-diam-indonesia-beli-pesawat-tempur-israel-DnEGa/page/1


Komalasari, Tia Dwitiani. 2023. RI Persoalkan Timnas Israel, Tetapi Ekspor Impor Menguat dalam 5 Tahun. Diakses dari https://katadata.co.id/tiakomalasari/berita/642521dd86ab1/ri-persoalkan-timnas-israel-tetapi-ekspor-impor-menguat-dalam-5-tahun



11 views0 comments

Comentarios


    bottom of page